Selasa, 27 Agustus 2013

RENUNGAN SANG MANUSIA KELELAWAR.



28 Agus 2013 ,at 01.20

Sudah seminggu ini rasanya menjadi manusia kelelawar,yah, mahasiswa tanpa tuntutan jadwal kuliah yang nyata. Akibatnya,  Malam jadi lebih menarik dari pada teriknya sinar matahari. dan tanpa terkecuali malam ini, tanggal 28 agustus 2013, hari berkurang nya umur saya ke 23 kalinya, mata kembali susah diajak kompromi. Yah, nggak ada salahnya nulis tengah malam dari pada melamunkan probabilitas-probabilitas kehidupan yang tak pasti. Toh, bulan kuning kemerah-merahan nan indah siap menemani. (eh ini bukan maksutnya alay loh, tapi beneran, bagi yang sadar , suka dan hobi melihat indahnya langit, akhir-akhir ini bulan terlihat berbeda dari yang biasanya, #ah susah deh untuk dijelaskan).



Yah, sambil sekali-kali melirik bulan yang berada tepat segaris dari tempat tidur dan jendela kos saya , tiba-tiba saja terlintas tentang ritual “perayaan” ulang tahun yang biasanya dilakukan dirumah. Ibu biasanya akan memasak kue bolu (eh, iya bolu namanya ya? yang penting besar,seperti donat gede) yang memang sudah keahliannya, sederhana sekali, dan ingat #tanpa lilin loh (annoyed),

Malam harinya sehabis sholat magrib biasanya Ibu menyuruh saya, atau pun kakak dan adik saya yang sedang berulang tahun untuk duduk di sofa ruang tamu, berdua, dengan kue bolu hangat diatas meja. Nah, ritual yang sangat membosankan serta yang sangat berkesan ini segera akan dimulai, bosan ketika langsung merasakannya, dan berkesan ketika melewatkannya seperti sekarang ini. Dengan mukena yang masih terpasang setelah sholat magrib ibu memulai pertanyaan demi pertanyaan  dengan lemah lembut “nah, jadi sudah berapa umur sekarang?(sambil tersenyum), apa yang kira-kira sudah kamu dapatkan dari tahun kemaren?, apa saja yang sudah bertambah rasanya?.....bla bla bla bla...kemudian dilanjutkan dengan nasehat-nasehat sampai lebih kurang 1,5jam  ) dan jujur saja satu pertanyaan yang  benar-benar saya pikirkan saat itu hanyalah  “berapa menit lagi selesainya nih?”.  Iya sih saya akui dan wajar seorang ibu menasehatkan anaknya seperti itu, tapi entah kenapa susah sekali untuk mendengarkan, dan benar-benar merasakan pertanyaan-pertanyaan dan nasehat beliau. Kenapa ya?. Susah sekali mengambil hikmah langsung 

Nah, dan yang saya maksut “berkesan” tadi adalah ketika momen-momen seperti malam ini. Momen hari kelahiran saya 28 agustus , Walaupun saya nggak dirumah, tapi tetap saja, petuah-petuah, pertanyaan-pertanyaan dan, nasehat-nasehat ibu terasa hadir untuk dipertanyakan kembali, dan yang satu hal yang aneh adalah pertanyaan-pertanyaan, dan nasehat-nasehat ini terasa sangat dalam maknanya dan juga Improvisasi yang begitu luas justru disaat sepeti sekarang ini :

23 tahun loh?. 23 tahuuun. Kebanyakan orang sudah mencicipi dunia kerja di umur segini. Dan saya?masih minta-minta uang kan?... Apa yang beda dari tahun-tahun sebelumnya? Apakah sama?, terus buat apa berkeliaran di bumi Allah selama ini?...oke deh ga usah “selama ini” cukup “setahun ini” saja, buat apa?..... Menyampah sajakah?, oke deh anak kuliahan, apa sudah bertambah ilmunya , sampai mana bertambahnya? ... laptop digunakan untuk apa?mana yang gede file-file kuliah atau film-film ga jelas?. Kepadang untuk “survive” sajakah? Semua orang juga bisa. ... Sudah kah terpenuhi tanggung jawab sebagai Mahasiswa kepada orang tua?.... . Agamanya sampai mana?... mengaji sekali berapa bulan?... subuh bangun jam berapa?...isya sholat jam berapa?... hafalan ayat ada ga bertambah?... kapan terakhir sholat tahjud karena ada maunya?... sholat masih kah musim-musiman?...sudah benar-benar bermanfaatkah bagi orang lain? .....

Klise rasanya memang ketika pertanyaan ini datang dari orang lain walaupun dari ibu sendiri, serasa seperti anak kecil yang tak tahu caranya mengintropeksi diri sendiri. Tapi bagaimana pun itu esensi yang terkandung didalamnya sangatlah dahsyat ketika saya menyadarinya. Menyadari bahwa betapa kecilnya  diri ini, betapa banyak yang harus diperbaiki , menyadari bahwa banyak yang harus ditambah lagi , serta betapa tak pantasnya meneggak kan kepala nan kerdil ini.

Dan dimalam yang penuh nikmat ini satu do’a saya panjatkan, “Semoga pada 28 agustus selanjutnya banyak pertanyaan yang bisa dijawab dengan lantang”.

Amiiiiiiiiinnnn...

Thanks to Allah for sending me this “guardian angel” .... a great mom ..







Senin, 19 Agustus 2013

PEMANASAN



Senin 19 agustus 2013....
Hari pertama kuliah di semester ini, semester ke....ssembbbiiiiilaaann ..(#nangis darah), yah, mudah-mudahan Semester terakhir saya di kampus "Power ranger" ini, Saya dah gede, dan dah nggak cinta lagi sama yang nama nya Power Ranger (Zordon, please let me gooo).
Sebenarnya telat satu semester bagi anak teknik sih biasa, dan alhamdulillah saya tidak harus memikirkan perkuliahan lagi, sidang KP (Kerja Praktek) , Proposal , lalu Skripsi. Sederhana terdengar, tapi jelas menyelesaikannya dalam satu semester butuh perjuangan ekstra keras terlebih melawan malasnya diri.


Sebagai Mahasiswa tingkat akhir tentu tak lepas dari bayang-bayang Skrisi. Skripsi menjadi salah satu  patokan utama dalam meraih sebuah "toga". Menurut pengalaman saya, kalau sudah bertanya mengenai Skripsi umumnya jawaban yang keluar adalah keluhan-keluhan. Seperti susahnya mencari judul yang pas, proposal yang selalu ditolak, mencari data yang susahnya minta ampun, serta tingkah laku dosen yang tak bersahabat. Makanya tidak sedikit Mahasiswa yang kuliah cepat, tapi tertahan dengan sialnya Skripsi. Tapi dari berbagai keluhan-keluhan diatas yang lebih parah lagi adalah keluhan-keluhan yang berasal dari diri Mahasiswa itu sendiri. Banyak yang mengeluh malas bermain dengan keyboard padahal bahan sudah matang untuk ditulis, banyak yang mengeluh mata yang menjadi "berbulu" ketika membuka laptop padahal game online tetap lanjut. salah satu teman saya pernah bilang, semester pertama susah untuk serius mengerjakan Skripsi (ketika dia gagal menyelesaikan skripsi disemester ke-4 ,ketika perkuliahan sudah tidak ada lagi). dan mudah-mudahan semester besok dia tidak mengatakan hal yang serupa. #nah loh??

Beranjak dari berbagai keluhan-keluhan serta masukan-masukan mengenai Skripsi ini, saya tarik beberapa  kesimpulan bahwa "Bikin Skripsi nggak ada jadwal mingguan seperti perkuliahan biasanya, oleh karena itu Godaan terbesar sebenarnya datang dari diri sendiri, bagaimana memanfaatkan waktu yang bebas ini untuk niat awal (Skripsi) , bagaimana memisahkan dan memanage "something that you want" dengan "something that you need", bagaimana menciptakan Passion menulis yang lebih besar dari pada mengerjakan hal-hal yang menarik lainnya, nah berdasarkan hal ini lah saya coba lagi dan coba lagi untuk menulis, walaupun niat baik sudah pahala mudah-mudahan yang ini nggak berhenti di niat saja, bersih-bersih blog biar nyaman dibuka dan nyaman menulis. Ya paling tidak rajin ngepost lagi diblog hitung-hitung "stretching" biar nggak kaget karena harus menulis skripsi ratusan lembar.

Semangaatttt!!!