Selasa, 27 Agustus 2013

RENUNGAN SANG MANUSIA KELELAWAR.



28 Agus 2013 ,at 01.20

Sudah seminggu ini rasanya menjadi manusia kelelawar,yah, mahasiswa tanpa tuntutan jadwal kuliah yang nyata. Akibatnya,  Malam jadi lebih menarik dari pada teriknya sinar matahari. dan tanpa terkecuali malam ini, tanggal 28 agustus 2013, hari berkurang nya umur saya ke 23 kalinya, mata kembali susah diajak kompromi. Yah, nggak ada salahnya nulis tengah malam dari pada melamunkan probabilitas-probabilitas kehidupan yang tak pasti. Toh, bulan kuning kemerah-merahan nan indah siap menemani. (eh ini bukan maksutnya alay loh, tapi beneran, bagi yang sadar , suka dan hobi melihat indahnya langit, akhir-akhir ini bulan terlihat berbeda dari yang biasanya, #ah susah deh untuk dijelaskan).



Yah, sambil sekali-kali melirik bulan yang berada tepat segaris dari tempat tidur dan jendela kos saya , tiba-tiba saja terlintas tentang ritual “perayaan” ulang tahun yang biasanya dilakukan dirumah. Ibu biasanya akan memasak kue bolu (eh, iya bolu namanya ya? yang penting besar,seperti donat gede) yang memang sudah keahliannya, sederhana sekali, dan ingat #tanpa lilin loh (annoyed),

Malam harinya sehabis sholat magrib biasanya Ibu menyuruh saya, atau pun kakak dan adik saya yang sedang berulang tahun untuk duduk di sofa ruang tamu, berdua, dengan kue bolu hangat diatas meja. Nah, ritual yang sangat membosankan serta yang sangat berkesan ini segera akan dimulai, bosan ketika langsung merasakannya, dan berkesan ketika melewatkannya seperti sekarang ini. Dengan mukena yang masih terpasang setelah sholat magrib ibu memulai pertanyaan demi pertanyaan  dengan lemah lembut “nah, jadi sudah berapa umur sekarang?(sambil tersenyum), apa yang kira-kira sudah kamu dapatkan dari tahun kemaren?, apa saja yang sudah bertambah rasanya?.....bla bla bla bla...kemudian dilanjutkan dengan nasehat-nasehat sampai lebih kurang 1,5jam  ) dan jujur saja satu pertanyaan yang  benar-benar saya pikirkan saat itu hanyalah  “berapa menit lagi selesainya nih?”.  Iya sih saya akui dan wajar seorang ibu menasehatkan anaknya seperti itu, tapi entah kenapa susah sekali untuk mendengarkan, dan benar-benar merasakan pertanyaan-pertanyaan dan nasehat beliau. Kenapa ya?. Susah sekali mengambil hikmah langsung 

Nah, dan yang saya maksut “berkesan” tadi adalah ketika momen-momen seperti malam ini. Momen hari kelahiran saya 28 agustus , Walaupun saya nggak dirumah, tapi tetap saja, petuah-petuah, pertanyaan-pertanyaan dan, nasehat-nasehat ibu terasa hadir untuk dipertanyakan kembali, dan yang satu hal yang aneh adalah pertanyaan-pertanyaan, dan nasehat-nasehat ini terasa sangat dalam maknanya dan juga Improvisasi yang begitu luas justru disaat sepeti sekarang ini :

23 tahun loh?. 23 tahuuun. Kebanyakan orang sudah mencicipi dunia kerja di umur segini. Dan saya?masih minta-minta uang kan?... Apa yang beda dari tahun-tahun sebelumnya? Apakah sama?, terus buat apa berkeliaran di bumi Allah selama ini?...oke deh ga usah “selama ini” cukup “setahun ini” saja, buat apa?..... Menyampah sajakah?, oke deh anak kuliahan, apa sudah bertambah ilmunya , sampai mana bertambahnya? ... laptop digunakan untuk apa?mana yang gede file-file kuliah atau film-film ga jelas?. Kepadang untuk “survive” sajakah? Semua orang juga bisa. ... Sudah kah terpenuhi tanggung jawab sebagai Mahasiswa kepada orang tua?.... . Agamanya sampai mana?... mengaji sekali berapa bulan?... subuh bangun jam berapa?...isya sholat jam berapa?... hafalan ayat ada ga bertambah?... kapan terakhir sholat tahjud karena ada maunya?... sholat masih kah musim-musiman?...sudah benar-benar bermanfaatkah bagi orang lain? .....

Klise rasanya memang ketika pertanyaan ini datang dari orang lain walaupun dari ibu sendiri, serasa seperti anak kecil yang tak tahu caranya mengintropeksi diri sendiri. Tapi bagaimana pun itu esensi yang terkandung didalamnya sangatlah dahsyat ketika saya menyadarinya. Menyadari bahwa betapa kecilnya  diri ini, betapa banyak yang harus diperbaiki , menyadari bahwa banyak yang harus ditambah lagi , serta betapa tak pantasnya meneggak kan kepala nan kerdil ini.

Dan dimalam yang penuh nikmat ini satu do’a saya panjatkan, “Semoga pada 28 agustus selanjutnya banyak pertanyaan yang bisa dijawab dengan lantang”.

Amiiiiiiiiinnnn...

Thanks to Allah for sending me this “guardian angel” .... a great mom ..







Senin, 19 Agustus 2013

PEMANASAN



Senin 19 agustus 2013....
Hari pertama kuliah di semester ini, semester ke....ssembbbiiiiilaaann ..(#nangis darah), yah, mudah-mudahan Semester terakhir saya di kampus "Power ranger" ini, Saya dah gede, dan dah nggak cinta lagi sama yang nama nya Power Ranger (Zordon, please let me gooo).
Sebenarnya telat satu semester bagi anak teknik sih biasa, dan alhamdulillah saya tidak harus memikirkan perkuliahan lagi, sidang KP (Kerja Praktek) , Proposal , lalu Skripsi. Sederhana terdengar, tapi jelas menyelesaikannya dalam satu semester butuh perjuangan ekstra keras terlebih melawan malasnya diri.


Sebagai Mahasiswa tingkat akhir tentu tak lepas dari bayang-bayang Skrisi. Skripsi menjadi salah satu  patokan utama dalam meraih sebuah "toga". Menurut pengalaman saya, kalau sudah bertanya mengenai Skripsi umumnya jawaban yang keluar adalah keluhan-keluhan. Seperti susahnya mencari judul yang pas, proposal yang selalu ditolak, mencari data yang susahnya minta ampun, serta tingkah laku dosen yang tak bersahabat. Makanya tidak sedikit Mahasiswa yang kuliah cepat, tapi tertahan dengan sialnya Skripsi. Tapi dari berbagai keluhan-keluhan diatas yang lebih parah lagi adalah keluhan-keluhan yang berasal dari diri Mahasiswa itu sendiri. Banyak yang mengeluh malas bermain dengan keyboard padahal bahan sudah matang untuk ditulis, banyak yang mengeluh mata yang menjadi "berbulu" ketika membuka laptop padahal game online tetap lanjut. salah satu teman saya pernah bilang, semester pertama susah untuk serius mengerjakan Skripsi (ketika dia gagal menyelesaikan skripsi disemester ke-4 ,ketika perkuliahan sudah tidak ada lagi). dan mudah-mudahan semester besok dia tidak mengatakan hal yang serupa. #nah loh??

Beranjak dari berbagai keluhan-keluhan serta masukan-masukan mengenai Skripsi ini, saya tarik beberapa  kesimpulan bahwa "Bikin Skripsi nggak ada jadwal mingguan seperti perkuliahan biasanya, oleh karena itu Godaan terbesar sebenarnya datang dari diri sendiri, bagaimana memanfaatkan waktu yang bebas ini untuk niat awal (Skripsi) , bagaimana memisahkan dan memanage "something that you want" dengan "something that you need", bagaimana menciptakan Passion menulis yang lebih besar dari pada mengerjakan hal-hal yang menarik lainnya, nah berdasarkan hal ini lah saya coba lagi dan coba lagi untuk menulis, walaupun niat baik sudah pahala mudah-mudahan yang ini nggak berhenti di niat saja, bersih-bersih blog biar nyaman dibuka dan nyaman menulis. Ya paling tidak rajin ngepost lagi diblog hitung-hitung "stretching" biar nggak kaget karena harus menulis skripsi ratusan lembar.

Semangaatttt!!!


Rabu, 20 Maret 2013

SUPER HERO



Since i was kid, i was falling in love with  a super hero. I thought super hero is awesome, strong, smart and loved by people. and i think i still like a super hero until now.

when i was a kid , i loved watching Ninja Turtles, a Teenage Mutant Ninja Turtles. according to me they were complete as a super hero, there is a smart guy, a tough turtle, a leader, and of course a funny one.



in senior high school i liked spiderman, a simple reason , because mr.spidy is Barcelona fan's, thats why he wear red and blue custom.

when i was not a boy anymore, a like more serious super hero, like batman the dark knight. he is the best, fight with a real power, no superpower, no magic or something like that. fighting with a real muscle and a little bit genius weapon. but the best part of batman the dark knight is he always do his job wilingly, even all of people assume he is a evil.

sometime if you like somebody, you will want to be him. and i thing it's ok if i am a ninja turtle, even they are not handsome anymore. it will be fun if i am spiderman or a rich batman. but if there is a super hero inside me, who will i become?..... hm...... honestly maybe i will be Professor X from X-Man. yeah the guy who thinking all of people too much and never thinking about his head or his foot at all.


  
           







MESSY...


Ok , i think it’s my first writing in english. i am not a english teacher who always write in english or international english student who asked writing english paper by their lecture,

 So, why do i write  an english? ..........I have a simple answer!

 cause i am Jaiman who will learn to be someone better. B-)





Actually, in my first englis writing i want to wrote something about “Philosophy  ... quotes .. from Mario Teguh” but i thought maybe it would be better if i started from a simple and easy one such as wrote about my self. i remember the movie that i watched yesterday ,“amelie”, a franch movie . and a i loved the way that she telling about herself. And may be it is ok then

9 month after my first cell had been created, Finnaly  I was born in this world, my beloved parent named me Nanda Nur Agustia without thinking it was a girlish name (no regret of course ), usualy people call me nanda, but until now, i have been called many name by my friends, such as Nanduik, botak, boleng, kacang, apuak , nanduak,  badak, and many others.

There is many simple thing that i like and that i hate in this simple world,

I don’t like walking with my older sister and meet her friends that i don’t know, they will ask who i am, and usualy they will not trust that i am his brother. They said too many different between us, my sister has a white skin, a small nose, and she is not tall. but i have a dark skin, a big nose, and i am tall. ... whatever.

I like standing under a ring when i play basketball, maybe cause my high is 173cm and i just  jump a litle , shot and get point, it easier and more effective than dribbling a ball every where.

I like show off without making people think that i am showing off, because i hate if people think i am arrogant, or cocky or .... whatever...

As engineer student sometime i like coming late because sometime we have to come late to be on time, but actually i hate waiting, i hate waiting someone who come late, that why i hate make a appointment with my friend if it is not necessary. i  hate waiting a lecture in a class, that's why i like to come late sometime, and i hate waiting my friends replay my text message too long, why a engineers created a mobile phone technology if you still replay a text message as long as postman send your letter. It don’t make any sense.

I hate watching movie with my friends, i hate when they guess the ending, or complaining about impossibility, just watching quiz or realityshow then.  thats why i like watching movie alone. It makes me feel the emotion deeper. You can’t waste a million dollar project,right?

Ok the last one, the best thing that i like......

Is when somebody comment in my blog and tell me the wrong word or sentence on my messy writing.....  

Selasa, 15 Januari 2013

Trying Touch d'sky (Merapi) part 3



 
Pukul 12.00 wib , setelah lebih kurang 3jam berjalan ,kami akhirnya sampai dibagian cadas gunung merapi. Dibagian ini tak ada lagi pohon-pohon tinggi menjulang, yang ada hanya batu-batu an gunung . rute cadas ini adalah rute yang paling berbahaya menurut gua, dengan sudut tanjakan yang lebih kurang 65 derajat kami bahkan tidak dapat puncak gunung ini, kami harus sangat hati-hati memilih jalan yang kami pijak, dan hati-hati dalam memilih pegangan, jika salah pilih bisa berakibat fatal nantinya.
 
Dibagian cadas ini kita dapat dengan bebas melihat pemandangan kota bukit tinggi bahkan kota padang panjang, didukung dengan cuaca yang kebetulan tidak berkabut wido tak lupa untuk mendokumentasikan momen-momen dirute ekstrim ini. Sebenarnya stamina gua sudah habis terkuras, begitu juga dengan 2 orang lainnya, kaki sudah terasa lelah untuk dibengkokan , tapi dengan pemandangan cadas yang begitu indah gua beranikan diri untuk melanjutkan pendakian yang memang tinggal beberapa kilometer lagi.

Dengan bermodalkan semangat, kami berhasil melewati setengah bagian cadas ini. Gua yang paling semangat berjalan mendahului 2 teman gua, gua berhenti dan beristirahat sejenak sambil menunggu teman lainnya, Acong datang dengan tampang lelah dan bilang kalau dia sudah ga mau melanjutkan perjalan kepuncak lagi. hah?.. 

Sebenarnya dari awal sampai dicadas dia sudah mengeluh ketika melihat terjal nya rute yang akan kita lalui, tapi sekarang dia sudah benar-benar tidak mau melanjutkan perjalanan. Gua tahu dia capek banget tapi bukan itu alesan kenapa dia nyerah, dia merasakan firasat buruk, ragu bagaimana caranya menuruni cadas yang sangat terjal ini ketika pulang nanti. Gua berusaha meyakinkan dia buat melanjutkan perjalanan, tapi dia lebih memilih menunggu kami dibawah dari pada ikut kepuncak. Tinggal sedikit lagi loh, lihat tinggi nya hanya setengah jari telunjuk lagi, masa pertama mendaki hanya sampai sini sih, apakah kita bakalan dapat kesempatan lagi?. belum tentu kan?terus apa kata teman yang lain kalau tahu kalau kita sudah menyerah dan tidak sampai kepuncak?. Berarti ga ad gunanya dong kita mendaki kalau tidak sampai kepuncak? Ga ada yang bisa dibanggakan. Acong hanya terdiam mendengar pertanyaan-pertanyaan gua yang sedikit memaksa untuk melanjutkan perjalanan. Dan akhirnya sambil mengambil ransel Acong yang paling berat dan mengganti nya dengan ransel yang gua sandang , gua berhasil membujuk nya untuk melanjutkan kembali perjalanan.
Puncak merapi yang tidak jelas ujungnya membuat rasa lelah gua semakin menjadi jadi, setelah gua berhasil mencapai bagian yang gua rasa tertinggi ternyata gua salah, ternyata hanya sebuah dataran kecil dan kembali disambut dengan cadas yang terjal, karena dataran inilah yang membuat gua berpikir kalau ini adalah puncak gunung, sangat melelahkan ketika tahu kalau harapan kita ternyata salah.

Sekarang gua sadar kenapa Acong hampir menyerah , bukan karena firasat buruk melainkan karena ransel yang sangat berat yang gua sandang sekarang, gua juga sempat beberapa kali ingin berhenti dan menyerah, mungkin kalau Acong menyerah lagi kali ini gua bakalan setuju dengan pendapat dia, tapi untung tidak ada kata menyerah yang gua dengar. Hanya semangat yang bisa gua andalkan sekarang,
setelah beberapa kali terkecoh karena dataran yang gua kira puncak, akhirnya gua melihat puncak yang sebenarnya, kali ini ga mungkin gua salah, gua yakin sekali kali sebentar lagi kita akan sampai,dan dengan energy yang tersisa serta dengan semangat yang besar gua paksakan kaki ini untuk sedikit berlari. Sampai akhirnya dengan nafas yang sudah ngos-ngosan gua sampai di titik tertinggi Gunung merapi ini. melegakan sekali rasanya, memandangi indahnya alam ciptaan Tuhan. Tak ada yang menghalangi pandangan kami diatas ini. Sungguh pemandangan yang menyejukan.

      
Kami sampai dipuncak kira-kira pukul 15.00wib . Setelah sholat, berfoto-foto, serta minum kopi. Kami berencana langsung turun kebawah dan pulang kerumah, tapi seperti nya tak akan terkejar. Tidak mungkin kami turun pada malam hari, diwaktu terang saja banyak tempat-tempat licin dan sangat berbahaya untuk dilewati, jadi kami memutuskan untuk beristirahat dan mendirikan tenda di”pintu angin”, dan melanjutkan perjalanan pulang esok hari. Kami menghabiskan tahun baru dengan tidur dan beristirahat di dalam tenda, sebenarnya bunyi kembang api beberapa kali membangunkan kami, menggoda untuk menikmati kembang api dikota bukit tinggi dan pandang panjang sekaligus, tapi melepas lelah dengan beristirahat seperti nya lebih penting bagi kami.

Pukul 7 pagi, kami langsung membuat sarapan dan minuman, dengan ditemani pelangi di seberang gunung kami bergegas dan bersiap-siap untuk perjalanan turun. didukung oleh tenaga yang sudah sedikit terbaharui kami melangkah menuju perjalanan pulang. Sungguh perjalan yang menyenangkan, sungguh pemandangan yang indah, ini merupaka salah satu momen yang ga bakalan bisa dilupakan bahkan oleh orang pelupa seperti gua. satu hikmah yang bisa gua ambil disini adalah “Kepuasan akan lebih terasa ketika kita mendapatkan nya dengan usaha yang tak biasa”. Dan satu hal yang bisa gua pastikan disini adalah, ini memang pendakian pertama yang gua nantikan, tapi ini bukan pendakian terkhir yang gua inginkan. Salam lesatari!!!

Trying Touch d'sky (Merapi) part 2




Segelas Kopi hangat terasa menyejukan tenggorakan. Tak terasa sudah sepertiga perjalanan kami lewati untuk mencapai puncak gunung paling aktif ini. Jam menunjukan angka tengah malam, setelah melepas penat dipondok dadakan Pasanggrahan kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan, rencananya kami akan melanjutkan perjalanan sampai dibagian “Pintu angin” bagian terakhir hutan yang sedikit dibawah cadas gunung (bebatuan menuju puncak gunung).
Rute yang kami lalui saat ini sedikit berbeda dari rute sebelumnya, jalan setapak yang kami lalui lebih kecil dan lebih menanjak.  Tanah tempat kami menapak pun tak lagi selicin sebelumnya, tapi tetap saja gua dan Wido berjalan dengan kaki telanjang, lebih anti slip dan lebih terasa natural menurut gua .

Satu hal yang gua sadari tentang diri gua dari pendakian ini adalah, ternyata penyakit pelupa gua sudah semakin parah. Semakin gua lelah semakin gua pelupa. Ironis rasanya tiap kali gua nanya diri sendiri kenapa gua sampai segini pelupanya, ironis karena biasanya setiap orang yang ngaku ke gua kalau dia pelupa gua selalu bilang kalau pelupa tu hanya “Placebo” negative . Semakin besar pengakuan kalau dia pelupa semakin sering dia lupa akan sesuatu. Lupa itu hal yang normal bagi orang yang menggunakan otak mereka. Tapi kenapa gua sendiri sudah ngerasa kalau pelupa gua udah ga normal ya?.
Semua ini berawal sebelum kami berangkat ke Koto Tuo. Kami berencana berkumpul di SMA tempat gua sekolah dulu, dan berangkat berbarengan dengan kelompok lain. Salah satu tugas gua yang diamanahkan Wido adalah membawa Jirigen air. Semua sudah gua siapkan sampai ke SMA, dan setelah sampai diperjalanan ke Koto Baru Wido nanya kegua “nda, Jirigen jadi dibawa kan?” , otak gua mau langsung menjawab kalau jirigen udah gua bawa dari rumah, tapi sepertinya indera perasa gua ga nemuin dimana jiregen tadi gua letakan, dan setelah melihat kearah acong yang sepertinya tidak ada indikasi membawa Jirigen gua , dengan tampang ga percaya gua jawab, “aduh ketinggalan diSMA do!!” .  kejadian pertama.

Kejadian kedua terjadi ketika kami melanjutkan perjalanan sesudah istirahat di Pasanggrahan ini. Gua yang keenakan berjalanan dengan kaki telanjang terus berjalan dengan tangan kiri megang senter dan tangan kanan menjinjing sandal jepit unyu-unyu gua. Setelah 1jam berjalan kami istirahat mengambil nafas sejenak, duduk, meletakan ransel, sandal, dan mematikan senter mati demi menghemat baterei. Setelah melepas penat sambil ngetawain hal-hal yang ga penting, gua mulai bangun dari keadaan duduk, menyandang ransel, dan menyalain senter yang tadinya mati, cek dan recek dan setelah gua rasa ga ad yang ketinggalan gua mulai memberikan instruksi untuk melanjutkan perjalanan, dan kami pun memulai lagi perjalanan. Sekitar 25 menit berjalan gua mulai merasa ada yang kurang dari diri gua, bukan kurang kaya, kurang ganteng atau kurang pinter yang gua maksut disini, tapi yang gua bawa? Ada yang kurang yang gua bawa rasanya, dan sekitar 3menit kemudian akhirnya otak gua menyadari kalau tangan kiri gua ga bawa apa-apa, 0.25 detik berikutnya otak gua kembali menyadari kalau ternyata Sandal jelek nyu-unyu gua ilaaaaang?, hah..Sendal bisa ilaaang?... kenapa bisa???
yah setelah 4,25 menit meratapi nasib sial pelupa gua, gua berdoa dalam hati mudah-mudahan sampai triliunan menit berikutnya ga ad lagi yang bakal gua lupain, amiiin…..

yah, setelah memastiin kalau sepertinya gua bakal bertelanjang kaki sampai pulang kami akhirnya memutuskan untuk mencari tempat mendirikan tenda, walaupun tidak memenuhi target sebelumnya tapi karena jam telah menunjukan jam 2 subuh serta karena kaki yang telah lelah melangkah terpaksa kami beristirahat dan mendirikan tenda. Kira-kira setengah kilometer berjalan akhirnya kami menemukan tempat yang bagus untuk mendirikan tenda. Kami mengeluarkan tenda doom kecil, matras dan sliping bad dari ransel masing-masing, memulai memasang tenda, menaburi garam disekeliling tenda dan memasukan barang-barang dalam tenda. Dan akhirnya jam 3 kurang 10 menit kami  tidur dengan pulas  walau didalam tenda yang sangat pas-pasan ini.


Pukul setengah 6 , tebal sleeping bad tidak lagi mempan menahan dingin yang menusuk tulang dan Akhirnya embun pagi membangunkan kami bertiga. Kami mulai mengeluarkan perlengkapan untuk masak. Acong sibuk mencari kayu yang tidak terlalu basah untuk membuat api unggun, sedangkan gua mengeluarkan mie instan, nasi, energen dan beberapa sachet kopi instan beserta gulanya. Api unggun sudah menyala menghangatkan badan yang kedinginan, dan mie instan sudah siap disantap yang ditemani oleh secangkir besar kopi hangat. Sambil menikmati semua makanan yang dimasak gua bergumam dalam hati, “untung kalau soal makanan ga ad yang lupa gua bawa ya , hahahah”.

Pukul 7.30wib semua makanan telah kami habiskan dan semua peralatan baik itu , tenda, matras, serta perlatan makan telah kami masukan kembali kedalam ransel. Sambil meneriakan kalau giliran gua yang bawa jirigen air,  Acong mulai membungkus kakinya yang hampir membeku dengan seapasang kaus kaki yang telah kotor. Kotor karena medan becek yang dilalui sepanjang perjalanan tadi malam.  Setelah semua selesai kami mulai melanjutkan perjalanan yang tertunda, Wido kembali mengeluarkan kamera untuk mengdokumentasikan perjalanan kami. 

Sepanjang perjalanan ini gua tanpa sengaja mulai melamun, gua masih ga percaya kalau akhirnya gua mendaki gunung juga, gua kembali teringat momen –momen sebelumnya, ketika malam dingin yang mencekam, jembatan hitam yang tak berdasar, dan yang paling gua inget sekali adalah momen hilangnya sandal gua, melamunkan seberapa pikunnya gua, untung saja Acong juga membawa sandal dan sepatu, jadi karena dia pakai sepatu dengan terpaksa dia harus meminjamkan sendalnya ke gua, tapi bisa gua pastiin gua ga bakalan lupa dan ninggalin sandal lagi. Kalau emang gua ngelupain sandal lagi gua rela deh lompat guling-guling dari gunung kebawah terus beliin sandal yang baru. Tenang deh pokoknya .
Sedang keasikan melamun, Acong berhenti dan membuyarkan melamunan gua, kenapa tu anak,? 
Keinjak ular kah?
, berhenti dan langsung memperhatiin gua dengan curiga, dengan mata sipit yang menantang dia bertanya ke gua “Jirigen mana?” . 

Hah??.... 

lagi lagi dan lagi gua lupaaaaa. 
Huf , kami memang belum berjalan terlalu jauh dari tempat kami mendirikan tenda, dan gua bisa menjemput kembali jirigen kami, tapi yang menjadi masalah bukan jirigen, tapi kenapa gua segitu pikun nyaaaaaaa???? Sambil berjalan kembali menjemput jirigen tadi gua ga henti-henti nya nyalahin diri sendiri , 3 kali melupakan barang-barang, kenapa bisaaaaa?apakah sebenarnya gua adalah orang tua yang terjebak ditubuh remaja?. Apakah kapasitas otak gua terlalu penuh untuk menambah memory baru?. 



Sambil sedikit berlari mengejar teman-teman gua tadi, gua berusaha untuk berpikiran positif walaupun susah sih sebenarnya, lagian ga ada guna kayak nya disesali, mungkin karena gua terlalu menyepelekan sesuatu makanya jadi lupa, yang penting jangan anggap sepele hal-hal kecil lagi, dan berusaha buat ga lupa lagi.
Setelah menjemput jirigen kami kembali melanjutkan perjalanan, Semoga saja bisa sampai ke puncak sebelum matahari tepat diatas kepala, semoga  diperjalanan kali ini ga ada lagi yang benar-benar gua lupain, dan juga yang paling penting mudah-mudahan kami sampai kepuncak dan pulang dengan selamat.
amiiiiinnn......