Selasa, 15 Januari 2013

Trying Touch d'sky (Merapi) part 3



 
Pukul 12.00 wib , setelah lebih kurang 3jam berjalan ,kami akhirnya sampai dibagian cadas gunung merapi. Dibagian ini tak ada lagi pohon-pohon tinggi menjulang, yang ada hanya batu-batu an gunung . rute cadas ini adalah rute yang paling berbahaya menurut gua, dengan sudut tanjakan yang lebih kurang 65 derajat kami bahkan tidak dapat puncak gunung ini, kami harus sangat hati-hati memilih jalan yang kami pijak, dan hati-hati dalam memilih pegangan, jika salah pilih bisa berakibat fatal nantinya.
 
Dibagian cadas ini kita dapat dengan bebas melihat pemandangan kota bukit tinggi bahkan kota padang panjang, didukung dengan cuaca yang kebetulan tidak berkabut wido tak lupa untuk mendokumentasikan momen-momen dirute ekstrim ini. Sebenarnya stamina gua sudah habis terkuras, begitu juga dengan 2 orang lainnya, kaki sudah terasa lelah untuk dibengkokan , tapi dengan pemandangan cadas yang begitu indah gua beranikan diri untuk melanjutkan pendakian yang memang tinggal beberapa kilometer lagi.

Dengan bermodalkan semangat, kami berhasil melewati setengah bagian cadas ini. Gua yang paling semangat berjalan mendahului 2 teman gua, gua berhenti dan beristirahat sejenak sambil menunggu teman lainnya, Acong datang dengan tampang lelah dan bilang kalau dia sudah ga mau melanjutkan perjalan kepuncak lagi. hah?.. 

Sebenarnya dari awal sampai dicadas dia sudah mengeluh ketika melihat terjal nya rute yang akan kita lalui, tapi sekarang dia sudah benar-benar tidak mau melanjutkan perjalanan. Gua tahu dia capek banget tapi bukan itu alesan kenapa dia nyerah, dia merasakan firasat buruk, ragu bagaimana caranya menuruni cadas yang sangat terjal ini ketika pulang nanti. Gua berusaha meyakinkan dia buat melanjutkan perjalanan, tapi dia lebih memilih menunggu kami dibawah dari pada ikut kepuncak. Tinggal sedikit lagi loh, lihat tinggi nya hanya setengah jari telunjuk lagi, masa pertama mendaki hanya sampai sini sih, apakah kita bakalan dapat kesempatan lagi?. belum tentu kan?terus apa kata teman yang lain kalau tahu kalau kita sudah menyerah dan tidak sampai kepuncak?. Berarti ga ad gunanya dong kita mendaki kalau tidak sampai kepuncak? Ga ada yang bisa dibanggakan. Acong hanya terdiam mendengar pertanyaan-pertanyaan gua yang sedikit memaksa untuk melanjutkan perjalanan. Dan akhirnya sambil mengambil ransel Acong yang paling berat dan mengganti nya dengan ransel yang gua sandang , gua berhasil membujuk nya untuk melanjutkan kembali perjalanan.
Puncak merapi yang tidak jelas ujungnya membuat rasa lelah gua semakin menjadi jadi, setelah gua berhasil mencapai bagian yang gua rasa tertinggi ternyata gua salah, ternyata hanya sebuah dataran kecil dan kembali disambut dengan cadas yang terjal, karena dataran inilah yang membuat gua berpikir kalau ini adalah puncak gunung, sangat melelahkan ketika tahu kalau harapan kita ternyata salah.

Sekarang gua sadar kenapa Acong hampir menyerah , bukan karena firasat buruk melainkan karena ransel yang sangat berat yang gua sandang sekarang, gua juga sempat beberapa kali ingin berhenti dan menyerah, mungkin kalau Acong menyerah lagi kali ini gua bakalan setuju dengan pendapat dia, tapi untung tidak ada kata menyerah yang gua dengar. Hanya semangat yang bisa gua andalkan sekarang,
setelah beberapa kali terkecoh karena dataran yang gua kira puncak, akhirnya gua melihat puncak yang sebenarnya, kali ini ga mungkin gua salah, gua yakin sekali kali sebentar lagi kita akan sampai,dan dengan energy yang tersisa serta dengan semangat yang besar gua paksakan kaki ini untuk sedikit berlari. Sampai akhirnya dengan nafas yang sudah ngos-ngosan gua sampai di titik tertinggi Gunung merapi ini. melegakan sekali rasanya, memandangi indahnya alam ciptaan Tuhan. Tak ada yang menghalangi pandangan kami diatas ini. Sungguh pemandangan yang menyejukan.

      
Kami sampai dipuncak kira-kira pukul 15.00wib . Setelah sholat, berfoto-foto, serta minum kopi. Kami berencana langsung turun kebawah dan pulang kerumah, tapi seperti nya tak akan terkejar. Tidak mungkin kami turun pada malam hari, diwaktu terang saja banyak tempat-tempat licin dan sangat berbahaya untuk dilewati, jadi kami memutuskan untuk beristirahat dan mendirikan tenda di”pintu angin”, dan melanjutkan perjalanan pulang esok hari. Kami menghabiskan tahun baru dengan tidur dan beristirahat di dalam tenda, sebenarnya bunyi kembang api beberapa kali membangunkan kami, menggoda untuk menikmati kembang api dikota bukit tinggi dan pandang panjang sekaligus, tapi melepas lelah dengan beristirahat seperti nya lebih penting bagi kami.

Pukul 7 pagi, kami langsung membuat sarapan dan minuman, dengan ditemani pelangi di seberang gunung kami bergegas dan bersiap-siap untuk perjalanan turun. didukung oleh tenaga yang sudah sedikit terbaharui kami melangkah menuju perjalanan pulang. Sungguh perjalan yang menyenangkan, sungguh pemandangan yang indah, ini merupaka salah satu momen yang ga bakalan bisa dilupakan bahkan oleh orang pelupa seperti gua. satu hikmah yang bisa gua ambil disini adalah “Kepuasan akan lebih terasa ketika kita mendapatkan nya dengan usaha yang tak biasa”. Dan satu hal yang bisa gua pastikan disini adalah, ini memang pendakian pertama yang gua nantikan, tapi ini bukan pendakian terkhir yang gua inginkan. Salam lesatari!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar