Pukul 12.00 wib , setelah lebih kurang 3jam berjalan ,kami
akhirnya sampai dibagian cadas gunung merapi. Dibagian ini tak ada lagi
pohon-pohon tinggi menjulang, yang ada hanya batu-batu an gunung . rute cadas
ini adalah rute yang paling berbahaya menurut gua, dengan sudut tanjakan yang
lebih kurang 65 derajat kami bahkan tidak dapat puncak gunung ini, kami harus
sangat hati-hati memilih jalan yang kami pijak, dan hati-hati dalam memilih pegangan,
jika salah pilih bisa berakibat fatal nantinya.
Dibagian cadas ini kita dapat dengan bebas melihat
pemandangan kota bukit tinggi bahkan kota padang panjang, didukung dengan cuaca
yang kebetulan tidak berkabut wido tak lupa untuk mendokumentasikan momen-momen
dirute ekstrim ini. Sebenarnya stamina gua sudah habis terkuras, begitu juga
dengan 2 orang lainnya, kaki sudah terasa lelah untuk dibengkokan , tapi dengan
pemandangan cadas yang begitu indah gua beranikan diri untuk melanjutkan
pendakian yang memang tinggal beberapa kilometer lagi.
Dengan bermodalkan semangat, kami berhasil melewati setengah
bagian cadas ini. Gua yang paling semangat berjalan mendahului 2 teman gua, gua
berhenti dan beristirahat sejenak sambil menunggu teman lainnya, Acong datang dengan
tampang lelah dan bilang kalau dia sudah ga mau melanjutkan perjalan kepuncak
lagi. hah?..
Sebenarnya dari awal sampai dicadas dia sudah mengeluh ketika melihat
terjal nya rute yang akan kita lalui, tapi sekarang dia sudah benar-benar tidak
mau melanjutkan perjalanan. Gua tahu dia capek banget tapi bukan itu alesan
kenapa dia nyerah, dia merasakan firasat buruk, ragu bagaimana caranya menuruni
cadas yang sangat terjal ini ketika pulang nanti. Gua berusaha meyakinkan dia
buat melanjutkan perjalanan, tapi dia lebih memilih menunggu kami dibawah dari
pada ikut kepuncak. Tinggal sedikit lagi loh, lihat tinggi nya hanya setengah
jari telunjuk lagi, masa pertama mendaki hanya sampai sini sih, apakah kita bakalan
dapat kesempatan lagi?. belum tentu kan?terus apa kata teman yang lain kalau
tahu kalau kita sudah menyerah dan tidak sampai kepuncak?. Berarti ga ad
gunanya dong kita mendaki kalau tidak sampai kepuncak? Ga ada yang bisa
dibanggakan. Acong hanya terdiam mendengar pertanyaan-pertanyaan gua yang
sedikit memaksa untuk melanjutkan perjalanan. Dan akhirnya sambil mengambil
ransel Acong yang paling berat dan mengganti nya dengan ransel yang gua sandang
, gua berhasil membujuk nya untuk melanjutkan kembali perjalanan.
Puncak merapi yang tidak jelas ujungnya membuat rasa lelah
gua semakin menjadi jadi, setelah gua berhasil mencapai bagian yang gua rasa
tertinggi ternyata gua salah, ternyata hanya sebuah dataran kecil dan kembali
disambut dengan cadas yang terjal, karena dataran inilah yang membuat gua
berpikir kalau ini adalah puncak gunung, sangat melelahkan ketika tahu kalau
harapan kita ternyata salah.
Sekarang gua sadar kenapa Acong hampir menyerah , bukan
karena firasat buruk melainkan karena ransel yang sangat berat yang gua sandang
sekarang, gua juga sempat beberapa kali ingin berhenti dan menyerah, mungkin
kalau Acong menyerah lagi kali ini gua bakalan setuju dengan pendapat dia, tapi
untung tidak ada kata menyerah yang gua dengar. Hanya semangat yang bisa gua
andalkan sekarang,

setelah beberapa kali terkecoh karena dataran yang gua kira
puncak, akhirnya gua melihat puncak yang sebenarnya, kali ini ga mungkin gua
salah, gua yakin sekali kali sebentar lagi kita akan sampai,dan dengan energy yang
tersisa serta dengan semangat yang besar gua paksakan kaki ini untuk sedikit
berlari. Sampai akhirnya dengan nafas yang sudah ngos-ngosan gua sampai di
titik tertinggi Gunung merapi ini. melegakan sekali rasanya, memandangi
indahnya alam ciptaan Tuhan. Tak ada yang menghalangi pandangan kami diatas
ini. Sungguh pemandangan yang menyejukan.
Kami sampai dipuncak kira-kira pukul 15.00wib . Setelah sholat,
berfoto-foto, serta minum kopi. Kami berencana langsung turun kebawah dan
pulang kerumah, tapi seperti nya tak akan terkejar. Tidak mungkin kami turun
pada malam hari, diwaktu terang saja banyak tempat-tempat licin dan sangat
berbahaya untuk dilewati, jadi kami memutuskan untuk beristirahat dan
mendirikan tenda di”pintu angin”, dan melanjutkan perjalanan pulang esok hari. Kami
menghabiskan tahun baru dengan tidur dan beristirahat di dalam tenda,
sebenarnya bunyi kembang api beberapa kali membangunkan kami, menggoda untuk
menikmati kembang api dikota bukit tinggi dan pandang panjang sekaligus, tapi melepas
lelah dengan beristirahat seperti nya lebih penting bagi kami.
Pukul 7 pagi, kami langsung membuat sarapan dan minuman,
dengan ditemani pelangi di seberang gunung kami bergegas dan bersiap-siap untuk
perjalanan turun. didukung oleh tenaga yang sudah sedikit terbaharui kami
melangkah menuju perjalanan pulang. Sungguh perjalan yang menyenangkan, sungguh
pemandangan yang indah, ini merupaka salah satu momen yang ga bakalan bisa
dilupakan bahkan oleh orang pelupa seperti gua. satu hikmah yang bisa gua ambil
disini adalah “Kepuasan akan lebih terasa ketika kita mendapatkan nya dengan
usaha yang tak biasa”. Dan satu hal yang bisa gua pastikan disini adalah, ini
memang pendakian pertama yang gua nantikan, tapi ini bukan pendakian terkhir
yang gua inginkan. Salam lesatari!!!

Tidak ada komentar:
Posting Komentar