Selasa, 15 Januari 2013

Trying Touch d'sky (Merapi) part 3



 
Pukul 12.00 wib , setelah lebih kurang 3jam berjalan ,kami akhirnya sampai dibagian cadas gunung merapi. Dibagian ini tak ada lagi pohon-pohon tinggi menjulang, yang ada hanya batu-batu an gunung . rute cadas ini adalah rute yang paling berbahaya menurut gua, dengan sudut tanjakan yang lebih kurang 65 derajat kami bahkan tidak dapat puncak gunung ini, kami harus sangat hati-hati memilih jalan yang kami pijak, dan hati-hati dalam memilih pegangan, jika salah pilih bisa berakibat fatal nantinya.
 
Dibagian cadas ini kita dapat dengan bebas melihat pemandangan kota bukit tinggi bahkan kota padang panjang, didukung dengan cuaca yang kebetulan tidak berkabut wido tak lupa untuk mendokumentasikan momen-momen dirute ekstrim ini. Sebenarnya stamina gua sudah habis terkuras, begitu juga dengan 2 orang lainnya, kaki sudah terasa lelah untuk dibengkokan , tapi dengan pemandangan cadas yang begitu indah gua beranikan diri untuk melanjutkan pendakian yang memang tinggal beberapa kilometer lagi.

Dengan bermodalkan semangat, kami berhasil melewati setengah bagian cadas ini. Gua yang paling semangat berjalan mendahului 2 teman gua, gua berhenti dan beristirahat sejenak sambil menunggu teman lainnya, Acong datang dengan tampang lelah dan bilang kalau dia sudah ga mau melanjutkan perjalan kepuncak lagi. hah?.. 

Sebenarnya dari awal sampai dicadas dia sudah mengeluh ketika melihat terjal nya rute yang akan kita lalui, tapi sekarang dia sudah benar-benar tidak mau melanjutkan perjalanan. Gua tahu dia capek banget tapi bukan itu alesan kenapa dia nyerah, dia merasakan firasat buruk, ragu bagaimana caranya menuruni cadas yang sangat terjal ini ketika pulang nanti. Gua berusaha meyakinkan dia buat melanjutkan perjalanan, tapi dia lebih memilih menunggu kami dibawah dari pada ikut kepuncak. Tinggal sedikit lagi loh, lihat tinggi nya hanya setengah jari telunjuk lagi, masa pertama mendaki hanya sampai sini sih, apakah kita bakalan dapat kesempatan lagi?. belum tentu kan?terus apa kata teman yang lain kalau tahu kalau kita sudah menyerah dan tidak sampai kepuncak?. Berarti ga ad gunanya dong kita mendaki kalau tidak sampai kepuncak? Ga ada yang bisa dibanggakan. Acong hanya terdiam mendengar pertanyaan-pertanyaan gua yang sedikit memaksa untuk melanjutkan perjalanan. Dan akhirnya sambil mengambil ransel Acong yang paling berat dan mengganti nya dengan ransel yang gua sandang , gua berhasil membujuk nya untuk melanjutkan kembali perjalanan.
Puncak merapi yang tidak jelas ujungnya membuat rasa lelah gua semakin menjadi jadi, setelah gua berhasil mencapai bagian yang gua rasa tertinggi ternyata gua salah, ternyata hanya sebuah dataran kecil dan kembali disambut dengan cadas yang terjal, karena dataran inilah yang membuat gua berpikir kalau ini adalah puncak gunung, sangat melelahkan ketika tahu kalau harapan kita ternyata salah.

Sekarang gua sadar kenapa Acong hampir menyerah , bukan karena firasat buruk melainkan karena ransel yang sangat berat yang gua sandang sekarang, gua juga sempat beberapa kali ingin berhenti dan menyerah, mungkin kalau Acong menyerah lagi kali ini gua bakalan setuju dengan pendapat dia, tapi untung tidak ada kata menyerah yang gua dengar. Hanya semangat yang bisa gua andalkan sekarang,
setelah beberapa kali terkecoh karena dataran yang gua kira puncak, akhirnya gua melihat puncak yang sebenarnya, kali ini ga mungkin gua salah, gua yakin sekali kali sebentar lagi kita akan sampai,dan dengan energy yang tersisa serta dengan semangat yang besar gua paksakan kaki ini untuk sedikit berlari. Sampai akhirnya dengan nafas yang sudah ngos-ngosan gua sampai di titik tertinggi Gunung merapi ini. melegakan sekali rasanya, memandangi indahnya alam ciptaan Tuhan. Tak ada yang menghalangi pandangan kami diatas ini. Sungguh pemandangan yang menyejukan.

      
Kami sampai dipuncak kira-kira pukul 15.00wib . Setelah sholat, berfoto-foto, serta minum kopi. Kami berencana langsung turun kebawah dan pulang kerumah, tapi seperti nya tak akan terkejar. Tidak mungkin kami turun pada malam hari, diwaktu terang saja banyak tempat-tempat licin dan sangat berbahaya untuk dilewati, jadi kami memutuskan untuk beristirahat dan mendirikan tenda di”pintu angin”, dan melanjutkan perjalanan pulang esok hari. Kami menghabiskan tahun baru dengan tidur dan beristirahat di dalam tenda, sebenarnya bunyi kembang api beberapa kali membangunkan kami, menggoda untuk menikmati kembang api dikota bukit tinggi dan pandang panjang sekaligus, tapi melepas lelah dengan beristirahat seperti nya lebih penting bagi kami.

Pukul 7 pagi, kami langsung membuat sarapan dan minuman, dengan ditemani pelangi di seberang gunung kami bergegas dan bersiap-siap untuk perjalanan turun. didukung oleh tenaga yang sudah sedikit terbaharui kami melangkah menuju perjalanan pulang. Sungguh perjalan yang menyenangkan, sungguh pemandangan yang indah, ini merupaka salah satu momen yang ga bakalan bisa dilupakan bahkan oleh orang pelupa seperti gua. satu hikmah yang bisa gua ambil disini adalah “Kepuasan akan lebih terasa ketika kita mendapatkan nya dengan usaha yang tak biasa”. Dan satu hal yang bisa gua pastikan disini adalah, ini memang pendakian pertama yang gua nantikan, tapi ini bukan pendakian terkhir yang gua inginkan. Salam lesatari!!!

Trying Touch d'sky (Merapi) part 2




Segelas Kopi hangat terasa menyejukan tenggorakan. Tak terasa sudah sepertiga perjalanan kami lewati untuk mencapai puncak gunung paling aktif ini. Jam menunjukan angka tengah malam, setelah melepas penat dipondok dadakan Pasanggrahan kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan, rencananya kami akan melanjutkan perjalanan sampai dibagian “Pintu angin” bagian terakhir hutan yang sedikit dibawah cadas gunung (bebatuan menuju puncak gunung).
Rute yang kami lalui saat ini sedikit berbeda dari rute sebelumnya, jalan setapak yang kami lalui lebih kecil dan lebih menanjak.  Tanah tempat kami menapak pun tak lagi selicin sebelumnya, tapi tetap saja gua dan Wido berjalan dengan kaki telanjang, lebih anti slip dan lebih terasa natural menurut gua .

Satu hal yang gua sadari tentang diri gua dari pendakian ini adalah, ternyata penyakit pelupa gua sudah semakin parah. Semakin gua lelah semakin gua pelupa. Ironis rasanya tiap kali gua nanya diri sendiri kenapa gua sampai segini pelupanya, ironis karena biasanya setiap orang yang ngaku ke gua kalau dia pelupa gua selalu bilang kalau pelupa tu hanya “Placebo” negative . Semakin besar pengakuan kalau dia pelupa semakin sering dia lupa akan sesuatu. Lupa itu hal yang normal bagi orang yang menggunakan otak mereka. Tapi kenapa gua sendiri sudah ngerasa kalau pelupa gua udah ga normal ya?.
Semua ini berawal sebelum kami berangkat ke Koto Tuo. Kami berencana berkumpul di SMA tempat gua sekolah dulu, dan berangkat berbarengan dengan kelompok lain. Salah satu tugas gua yang diamanahkan Wido adalah membawa Jirigen air. Semua sudah gua siapkan sampai ke SMA, dan setelah sampai diperjalanan ke Koto Baru Wido nanya kegua “nda, Jirigen jadi dibawa kan?” , otak gua mau langsung menjawab kalau jirigen udah gua bawa dari rumah, tapi sepertinya indera perasa gua ga nemuin dimana jiregen tadi gua letakan, dan setelah melihat kearah acong yang sepertinya tidak ada indikasi membawa Jirigen gua , dengan tampang ga percaya gua jawab, “aduh ketinggalan diSMA do!!” .  kejadian pertama.

Kejadian kedua terjadi ketika kami melanjutkan perjalanan sesudah istirahat di Pasanggrahan ini. Gua yang keenakan berjalanan dengan kaki telanjang terus berjalan dengan tangan kiri megang senter dan tangan kanan menjinjing sandal jepit unyu-unyu gua. Setelah 1jam berjalan kami istirahat mengambil nafas sejenak, duduk, meletakan ransel, sandal, dan mematikan senter mati demi menghemat baterei. Setelah melepas penat sambil ngetawain hal-hal yang ga penting, gua mulai bangun dari keadaan duduk, menyandang ransel, dan menyalain senter yang tadinya mati, cek dan recek dan setelah gua rasa ga ad yang ketinggalan gua mulai memberikan instruksi untuk melanjutkan perjalanan, dan kami pun memulai lagi perjalanan. Sekitar 25 menit berjalan gua mulai merasa ada yang kurang dari diri gua, bukan kurang kaya, kurang ganteng atau kurang pinter yang gua maksut disini, tapi yang gua bawa? Ada yang kurang yang gua bawa rasanya, dan sekitar 3menit kemudian akhirnya otak gua menyadari kalau tangan kiri gua ga bawa apa-apa, 0.25 detik berikutnya otak gua kembali menyadari kalau ternyata Sandal jelek nyu-unyu gua ilaaaaang?, hah..Sendal bisa ilaaang?... kenapa bisa???
yah setelah 4,25 menit meratapi nasib sial pelupa gua, gua berdoa dalam hati mudah-mudahan sampai triliunan menit berikutnya ga ad lagi yang bakal gua lupain, amiiin…..

yah, setelah memastiin kalau sepertinya gua bakal bertelanjang kaki sampai pulang kami akhirnya memutuskan untuk mencari tempat mendirikan tenda, walaupun tidak memenuhi target sebelumnya tapi karena jam telah menunjukan jam 2 subuh serta karena kaki yang telah lelah melangkah terpaksa kami beristirahat dan mendirikan tenda. Kira-kira setengah kilometer berjalan akhirnya kami menemukan tempat yang bagus untuk mendirikan tenda. Kami mengeluarkan tenda doom kecil, matras dan sliping bad dari ransel masing-masing, memulai memasang tenda, menaburi garam disekeliling tenda dan memasukan barang-barang dalam tenda. Dan akhirnya jam 3 kurang 10 menit kami  tidur dengan pulas  walau didalam tenda yang sangat pas-pasan ini.


Pukul setengah 6 , tebal sleeping bad tidak lagi mempan menahan dingin yang menusuk tulang dan Akhirnya embun pagi membangunkan kami bertiga. Kami mulai mengeluarkan perlengkapan untuk masak. Acong sibuk mencari kayu yang tidak terlalu basah untuk membuat api unggun, sedangkan gua mengeluarkan mie instan, nasi, energen dan beberapa sachet kopi instan beserta gulanya. Api unggun sudah menyala menghangatkan badan yang kedinginan, dan mie instan sudah siap disantap yang ditemani oleh secangkir besar kopi hangat. Sambil menikmati semua makanan yang dimasak gua bergumam dalam hati, “untung kalau soal makanan ga ad yang lupa gua bawa ya , hahahah”.

Pukul 7.30wib semua makanan telah kami habiskan dan semua peralatan baik itu , tenda, matras, serta perlatan makan telah kami masukan kembali kedalam ransel. Sambil meneriakan kalau giliran gua yang bawa jirigen air,  Acong mulai membungkus kakinya yang hampir membeku dengan seapasang kaus kaki yang telah kotor. Kotor karena medan becek yang dilalui sepanjang perjalanan tadi malam.  Setelah semua selesai kami mulai melanjutkan perjalanan yang tertunda, Wido kembali mengeluarkan kamera untuk mengdokumentasikan perjalanan kami. 

Sepanjang perjalanan ini gua tanpa sengaja mulai melamun, gua masih ga percaya kalau akhirnya gua mendaki gunung juga, gua kembali teringat momen –momen sebelumnya, ketika malam dingin yang mencekam, jembatan hitam yang tak berdasar, dan yang paling gua inget sekali adalah momen hilangnya sandal gua, melamunkan seberapa pikunnya gua, untung saja Acong juga membawa sandal dan sepatu, jadi karena dia pakai sepatu dengan terpaksa dia harus meminjamkan sendalnya ke gua, tapi bisa gua pastiin gua ga bakalan lupa dan ninggalin sandal lagi. Kalau emang gua ngelupain sandal lagi gua rela deh lompat guling-guling dari gunung kebawah terus beliin sandal yang baru. Tenang deh pokoknya .
Sedang keasikan melamun, Acong berhenti dan membuyarkan melamunan gua, kenapa tu anak,? 
Keinjak ular kah?
, berhenti dan langsung memperhatiin gua dengan curiga, dengan mata sipit yang menantang dia bertanya ke gua “Jirigen mana?” . 

Hah??.... 

lagi lagi dan lagi gua lupaaaaa. 
Huf , kami memang belum berjalan terlalu jauh dari tempat kami mendirikan tenda, dan gua bisa menjemput kembali jirigen kami, tapi yang menjadi masalah bukan jirigen, tapi kenapa gua segitu pikun nyaaaaaaa???? Sambil berjalan kembali menjemput jirigen tadi gua ga henti-henti nya nyalahin diri sendiri , 3 kali melupakan barang-barang, kenapa bisaaaaa?apakah sebenarnya gua adalah orang tua yang terjebak ditubuh remaja?. Apakah kapasitas otak gua terlalu penuh untuk menambah memory baru?. 



Sambil sedikit berlari mengejar teman-teman gua tadi, gua berusaha untuk berpikiran positif walaupun susah sih sebenarnya, lagian ga ada guna kayak nya disesali, mungkin karena gua terlalu menyepelekan sesuatu makanya jadi lupa, yang penting jangan anggap sepele hal-hal kecil lagi, dan berusaha buat ga lupa lagi.
Setelah menjemput jirigen kami kembali melanjutkan perjalanan, Semoga saja bisa sampai ke puncak sebelum matahari tepat diatas kepala, semoga  diperjalanan kali ini ga ada lagi yang benar-benar gua lupain, dan juga yang paling penting mudah-mudahan kami sampai kepuncak dan pulang dengan selamat.
amiiiiinnn......

Jumat, 11 Januari 2013

Trying Touch d'sky (Merapi) part I



 Yah part-part lagi pake part-part lagi, udah usaha buat meringkas tapi tetap aja kepanjangan.. hahahhah

Postingan kali ini gua pengen berbagi cerita tentang pengalaman gua mendaki gunung. Minggu 30 desember 2012 seperti yang telah kami rencanakan sebelumnya kami akan melakukan pendakian gunugn merapi di daerah koto baru padang panjang Sumatra Barat. ya, ini merupakan pendakian gua yang pertama dan tentunya ga yang terkhir kalinya, mudah-mudahaan sih. Sebenarnya sudah dari tahun pertama kuliah gua mau berencana mendaki gunung, serasa belum sempurna saja masa remaja gua kalau belum coba yang namanya mendaki, belum laki!! kalau teman gua bilang. Tapi fisik yang gua rasa belum sanggup (bermasalah dengan hidung) serta susahnya mencari waktu yang tepat mengakibatkan rencana ini terus tertunda, dan akhirnya diakhir tahun 2012 ini gua bisa melakukannya. Timing yang pas menurut gua, libur semester dan pas momen tahun baru. Gua sedikit lega melakukan pendakian pada momen tahun baru2012-2013 ini, bukan karena gua pengen ngerayain tahun baru di puncak Merapi , tapi ini lebih bersifat teknis, tahun baru disana berarti kami kesana ga sendirian, dan pasti rame nantinya, sangat melegakan bagi orang yang baru pertama menaklukan raksasa berlarva ini.

Satu hal yang memantapkan niat gua untung mendaki akhir tahun ini karena gua pergi dengan 2 orang sahabat gua, Wido yang udah berpengalaman dan Acong yang mendaki untuk yang kedua kalinya. mereka adalah teman gua dari SMA, teman yang sudah tahu luar dalem gua, bukan orang lain yang baru gua kenal, artinya masalah fisik gua bisa teratasi. Gua ga perlu segan minta istirahat kalau memang gua rasa benar-benar capek , dan gua rasa mereka memaklumi kalau ternyata gua sudah ga sanggup lagi melanjutkan perjalanan. (#aihpesisimisduluan).


Kami berangkat pada hari minggu sore dan sampai di koto baru (daerah kaki gunung) sekitar jam setengah 7 malam. Setelah makan kami mencari toko untuk melengkapi perlengkapan yang masih kurang, sholat dan mencek perlengkapan sambil menunggu hujan reda. Sebelum berangkat ada hal unik yang dipesankan teman gua Wido selaku orang yang paling berpengalaman. Dia berpesan unutk memanggil semua pendaki yang kita temui dengan sebutan Pak, dan Ibuk tanpa memandang umur mereka. Aneh bagi gua dan Acong , dan sedikit geli ketika gua cobakan langsung ke cewek-cewek yang pake trekker serta ransel didekat mesjid tempat kami berhenti. Entah apa tujuan nya gua juga ga tahu, yang jelas diturutin aja, dari pada ketahuan baru pertama kali mendaki.hhahah.

Dipasar Koto Baru tempat kami berhenti banyak gua temukan orang-orang dengan ransel gunung yang disandang tinggi dari kepala pendakinya sendiri, seperti nya mereka akan mendaki malam ini , ntah itu ke gunung singglang ataupun ke gunung merapi seperti kami. Satu hal yang paling gua perhatiin dari para pendaki tersebut adalah kelengkapan untuk kaki mereka, ada yang memakai sepatu trekker, ada juga yang memakai sepatu olahraga atau sneaker, dan minimal para pendaki yang gua perhatiin memakai sendal gunung hitam mengkilat yang memang didesign kuat, serta tidak slip di daerah yang becek. Setelah sibuk memperhatiin kaki-kaki para pendaki tadi, Gue mencoba melihat kebawah dan terdiam sejenak, gua lihat sepasang kaki gua sekali lagi dan berusaha meyakinkan diri, yah gua pasti bisa, gua pasti bisa menaklukan Gunung paling aktif disumatera dengan tinggi 2891,3 meter ini dengan sepasang sendal jepit Swal**w ini , namanya juga pendaki dadakan .... (#langsunglemes).

Jam menunjukan pukul 20.00wib dan hujan sudah reda, kami pun memulai perjalanan dengan doa dalam hati masing-masing, (gua berdoa paling lama saking takutnya kalau kalau sendal jepit andalan gua putus ditengah gunung) . Perjalanan kami mulai dengan melewati perkebunan perkebunan warga, sebenarnya ada jalan nya sih, beraspal malahan, tapi kata Wido biar cepat nyampe kepos, ya sudah lah yang penting ga merusak tanaman warga. Walaupun sempat nyasar sebentar tapi akhirnya kami sampai dipos penjagaan pada jam stengah 10 malam, dipos kami mendaftarkan anggota serta menyempatkan diri ngobrol dengan orang-orang disana, setelah itu kami memulai pendakian yang sebenarnya.
 

Track pertama yang kami lalui tidak terlalu terjal, setelah melewati pos kami berjalan di antara kebun-kebun warga, sekitar 20menit berjalan barulah kami melewati bagian gunung yang sebenarnya, jalan setapak yang basah, dikelilingi oleh tanam-tanaman liar yang tumbuh tinggi disekeliling kami. Suasana yang sedikit mencengkram bagi gua yang baru pertama dan baru melewati hutan yang sebenarnya ini. Hutan hanya diam sunyi, tak ada suara seekor pun serangga, begitu juga dengan kami yang sudah kehabisan topik pembicaraan, tenang dan menggelisahkan pastinya. tak ada secercah pun cahaya bulan yang berhasil menembus awan yang sepertinya masih mendung, gelap hutan malam hanya diterangi oleh 3 lingkaran senter kecil ditangan kami masing-masing. Gua hanya berani menyenteri jalan setapak didepan tempat kaki gua melangkah. Suasana yang sunyi membuat gua sekilas teringat tentang cerita-cerita buruk para pendaki, tapi jalan yang tambah becek membantu gua melupakan dan fokus pada tanah tempat pijakan kaki. Semakin jauh berjalan semakin basah tanah yang kami lalui, setelah beberapa kali hampir jatuh terpeleset, gua dan wido akhirnya mutusin untuk menjinjing sendal jepit kami, dan berjalan dengan kaki telanjang. langkah pertama terasa dingin tanah pegunungan menusuk telapak kaki,seperti melangakah diatas balok es besar, tapi lama kelamaan lelah lutut bergoyang melupakan dinginnya tanah ini.

waktu sudah menunjukan jam 12 malam, setelah melewati jalan basah yang licin, kami sampai didepan sebuah lubang panjang, entah itu sungai entah sebuah jurang, lubang panjang ini mempunyai lebar sekitar 8-10 meter , gua mencoba melihat kebawah memastikan kedalaman sungai ini tapi usaha gua sia-sia , yang gua lihat hanya lubang hitam tak jelas dasarnya, kalau pun ini sungai gua rasa sungai yang dalam . Diatas lubang hitam panjang ini diletakan beberapa buah batang bambu sebagai penghubung para pendaki untuk menyebrang. Pertama melihat rasa takut mulai muncul, mungkin karena gelap malam yang membuat sungai ini lebih tampak menyeramkan, gua melepas lagi sendal jepit yang gua rasa bakal menyulitkan ketika berjalan diatas-potongan bambu. Wido mencoba menyebrangi terlebih dahulu, sebelum menyeberang dia berteriak agar menyeberang satu persatu. Pelan tapi pasti wido berhasil menyeberangi sungai tadi, begitu juga dengan acong, dan sekarang giliran gua untuk menyeberang, langkah pertama, sambil agak menundung untuk lebih menjaga keseimbangan gua mencoba cari potongan bambu yang gua rasa paling kuat, selangkah demi selangkah gua lalui dengan hati-hati, sampai pada suatu langkah, mungkin disebabkan karena bambu yang licin mengakibatkan kaki kiri gua terpelesat, terpeleset dari bambu yang gua pijak, untung gua masih bisa mempertahankan keseimbangan berdiri, dan untung tidak ada rongga atau celah diantara bambu-bambu tersebutsehingga lapisan bambu dibawahnya berhasil menahan kaki kiri gua yang terpeleset tadi . Perasaan benar-benar lega gua rasain ketika akhirnya dengan selamat kami melewati jembatan menyeramkan ini. Sungguh pengalaman yang ga akan pernah gua lupakan.

Beberapa langkah setelah menyeberangi jembatan kami tiba dibagian gunung yang bernama Pasanggrahan . Disini ternyata ada pemuda beserta keluarganya yang berjualan berbagai minuman hangat dan juga mie instan. Kami singgah terlebih dahulu berisitirahat dan mencoba menikamati Kopi hangat yang disediakan. Segelas kopi hangat terasa sangat pas untuk menghilangkan penat serta rasa dingin yang menusuk selama pendakian menegangkan ini.

Sabtu, 05 Januari 2013

KKN Ep.01 (boot coklat mengkilat)



Seperti yang gua bilang pada postingan sebelumnya, postingan ini merupakan hutang buat diri gua pribadi, jadi bakalan coba gua bayar seberapa mampunya,dan mudah-mudahan saja ga berhenti ditengah jalan.Kuliah Kerja Nyata episode satu. hahahahah tunggu dulu, sebelumnya gua mau bilang , ini bukan naskah sinetron "Tersan**ng" yang punya beribu-ribu episode loh. Ini cuman pengalaman pribadi gua yang menurut gua sangat banyak hal menarik didalamnya. makanya sekarang gue bungkus pengalaman selama 2 bulan tersebut dalam bentuk postingan berepisode. cek this out ...

Kuliah Kerja Nyata merupakan mata kuliah lapangan yang diadakan pada liburan semester genap bagi mahasiswa tahun ke-3. Pada Mata kuliah ini mahasiswa ditempatkan pada daerah-daerah (yang umumnya terpencil) dan ditugaskan untuk mempraktek kan ilmu yang telah didapatkan untuk masyarakat yang ada disana. Mata kuliah ini sangat ditunggu-tunggu oleh mahasiswa terlebih lagi bagi mahasiswa Teknik yang umum nya diisi oleh kebanyakan laki-laki. (nah loh!!) . alasan nya sederhana, karena mata kuliah ini merupakan satu-satunya mata kuliah dimana semua jurusan dicampur, diaduk-aduk, diacak-acak dan disatukan lagi dalam suatu kelompok yang terdiri dari berbagai ras dan etnik jurusan yang berbeda.

sabtu, ..... (dan gua lupa tanggal pastinya) 2012.

Hari itu merupakan hari pertama pembekalan mengenai kuliah Kerja Nyata ini. hari pertama dan gua udah telat, (owh s*it), ah biasa juga, telat ga lama-lama banget pun. gua berdiri didepan kelas dengan pintu tertutup sebelah, gua ketok dan gua ucapin salam , ketokan pertama gua ga gubris dosen yang sedang memberikan pengarahan, y udah gua ketok lagi, sewaktu gua ngetok mahasiswa yang duduk di dekat pintu sudah berusaha bisik-bisik ngucapin kata-kata yang ga jelas ditelinga gua, karena ga kedengaran gua coba buat ngetok pintu sekali lagi dan dengan mata melotot dosen yang tadinya memberikan pengarahan mengalihkan perhatiannya ke gua .. owh" for god shake" gua bangunin monster nih kayaknya. Dia berdiri dan bertanya dengan lantang " Anda mahasiswa mana?" , "mahasiswa unand pak, eh teknik elektro pak" , " anda tidak tahu sopan santun ya?, sudah tahu terlambat, malah gangguin orang , cepat duduk sana. " sambil nyengir ga jelas gua duduk dibarisan paling belakang. dan ternyata ga selesai sampai disana saja, Setelah gua duduk, dosen yang umurnya sekitar 50 tahunan tadi menceramahi seluruh mahasiswa tentang sopan santun, " Ini untuk anda semuanya ya, kalian adalah Mahasiswa, bukan lagi seorang siswa jadi tolong dijaga sopan santunnya, kalau sudah terlambat y masuk saja langusng jangan pake ketak-ketok segala, apalagi ucapin salam, menggangu orang didalam jadinya".
 hahhhh,,,,????.. anehhh...
dimana-mana kalau telat ya minta izin dulu buat masuk, malah kelihatan ga sopan kalau main masuk nyelonong saja. aneh, Baru kali ini gua nemu prinsip dosen yang kayak gini.
dan yang lucunya ga berapa lama setelah dosen memberikan pengarahan tentang "sopan santun yang agak tidak sopan", datang lagi 2 mahasiswa terlambat, mencoba ngetok pintu minta izin buat masuk, mahasiswa yang duduk dibagian pintu berusaha lagi berbisik-bisik menyuruh untuk langsung masuk saja, tapi sama kayak gua tadi, saran yang ga logis dan kurang kedengaran bercampur menyebabkan mahasiswa telat tersebut kembali mengetuk pintu, ya pasit tau lah ending nya kayak apa. Kejadian "dejavu" ini dialamai oleh sekitar 6 mahasiswa telat, ada yang diceramahin sebentar, ada yang lama, dan yang lebih parah lagi ada yang diusir keluar dan ga boleh masuk.

Buku absen terus berjalan dari syaf ke syaf berikutnya, sampai pada giliran gua untuk mengisi absen, didalam absen terdapat kolom nama, nomor BP, daerah nagari, dan tanda tangan yang perlu diisi. dari buku absen gua tahu ternyata mahasiswa dalam kelas ini terdiri dari 2 kelompok nagari dalam satu kecamatan, yaitu kecamatan Payung Sekaki. Adapun Nagari daerah dimana gua ditempatkan adalah nagari "Aia Luo", sedangkan nagari tetangga gua adalah nagari Sirukam, setelah mengisi absen gua perhatiin nama-nama yang ada di dalam absen, dan hanya satu orang yang gua kenal itu pun bukan dari nagari yang sama. Ah masak bodo, paling ntar juga kenal sendiri.

setelah presentasi dosen mengenai KKN yang ga begitu gua perhatiin, dan beberapa mahasiswa yang mendapatkan ceramah mengenai keterlambatan , pembekalan hari pertama pun usai dilaksanakan.Para Mahasiswa mulai bangkit dari tempat duduk, ada yang langsung pulang, ada yang meminta file presentasi dosen yang membosankan tadi, dan ada juga yang mencoba saling berkenalan satu sama lain. Gua bingung mau mulai dari mana, ah yang penting kenalan dlu, gua mencoba kenalan dengan orang yang keliatan nya bersahabat tapi dari sekian banyak mahasiswa gua ga nemuin yang satu nagari, sampai akhirnya seorang laki-laki tinggi besar menyapa gua dari belakang.
"Aia Luo ya?"
"owh iya, Aia Luo juga?,kenalin nanda"
sambil tersenyum dia bilang "Yudhi"
akhir nya gua ketemu juga sama anggota senagari, teman KKN pertama gua, namanya yudhi, mahasiswa dari dari fakultas hukum, kesan gua pertama ngeliat dia sih keliatan nya orang nya asik, bersahabat banget, trus juga dari gayanya kayaknya dewasa (walaupun faktanya....?????hahah), badan tinggi tegap, lebih tinggi dari gua ,rambutnya pendek rapi,kulitnya coklat gelap bersih, terus pake sepatu boot garang berwarna coklat. jarang-jarang loh mahasiswa pake boot lapangan kayak gini. setelah kenalan kami coba mencari anggota yang lainnya tapi kayaknya sudah telat, kelas sudah keburu sepi. Diluar kelas kami coba lebih mengakrabkan diri, dan ternyata diluar kelas telah berkumpul anggota-anggota dari nagari tetangga nagari sirukam. hah??? negeri tetangga saja sudah ngumpul tapi gua cuman ketemu satu orang anggota?. kemana anggota gua yang lain ya?. aduh, gimana mau milih perangkat nagari kalau gini ceritanya.
hopeless, gua dan Yudi balik ke kosan masing-masing tanpa tahu siapa gerangan anggota kami yang lainnya.

Kecewa sih sebenarnya, disaat nagari lain sibuk saling memperkenalkan diri, gua baru ketemu satu anggota, huff, positif thinking aja kali ya....anggota kan masih bisa dicari, toh masih dalam suasana perkuliahan, sibuk-sibuk diawal sedikit ga masalah deh., yang penting ga usah terlalu kecewa dulu , walaupun baru ketemu boot coklat yang mengkilat, paling ga bisa dibawa berjalan untuk mengumpulakan sisa-sisa bakal kenangan. keep spirit.







Rabu, 02 Januari 2013

JAIMAN RETURNS (mudah2n beneran return deh kali ni)



          Januari 2013 dikurang februari 2012, aihhhhhh sebelas bulan berhenti ngebloggg?. kenapa bisa?. ibarat seorang ibu hamil udah 2 bulan umur anaknya sekarang. kenapa sampai berhenti nulis ya?. gua kan bukan bayi berumur 2 bulan yang tangannya terlalu mungil buat ngetik di laptop, gue bukan bapak-bapak yang sibuk ngurusin permintaan ngidam bininya yang lagi hamil, dan pastinya gue bukan ibuk ibuk hamil yang ga bisa ngeblog gara-gara perut gede yang ngeganjal laptop (letakin diatas perut ketinggian, dibawah ga keliatan, dan dijauhin ga kesampean). terus kenapa ya berhenti nulis?. kenapa nih ga ada alesan yang lebih reasonable selain kata "males" yang malu-maluin itu?. mungkin karena ujian semester kali ya? ujian semester masak 11 bulan sih boy?. hm karena laptop rusak mungkin ? boong dosa boy,beneran rusak baru tahu rasa.

 ichkkk ga ada jalan lain deh kayaknya, walaupun ga cool dan juga ga maco gue kepaksa ngakuin : gue MALES nuliiiiis, owh tidaaaak (hammer).

ya... males, alesan klasik buat bloger new be pleton kayak gue. dan males juga bisa jadi batu kriptonite bagi keperkasaan seorang jaiman dalam menyebar paham paham jaimnisme dimuka bumi ini.

dulu menurut gue orang yang ga maju-maju adalah orang yang ga punya semangat buat ngeluarin ide-ide baru untuk profesi maupun kehidupannya. dalam artian orang yang monton. tanpa ide tentu seseorang ga akan pernah maju. banyak pelukis, sutradara, penulis, maupun engineer harus berhenti berkarya sesaat ataupun selamanya dikarenakan passion buat membangun ide segar sudah ga ada lagi. pelukis yang tidak bisa melahirkan karya yang baru sama saja dengan kuas tanpa kanvas.  penulis yang ga tahu harus menulis sesuatu yang baru bisa dibilang sama dengan pensil yang tumpul, mati dan tak bisa berkarya lagi. tapi sekarang gue sadar sepertinya ada keadaan yang lebih parah lagi dari ini, yang membuat manusia ga pernah maju,manusia merugi dan bahkan ga diakui usahanya untuk berusaha melangkah. ya, orang yang males, kayak gue, punya banyak ide-ide tapi ga mau ngeluarinnya. punya pensil yang tajam tapi bak tanpa arang. gi mana mau maju kalau hidup sampai niat saja. sebenarnya kalau ditanya ide, udah banyak yang mau gue tulis, contohnya saja sebelum KKN (kuliah kerja nyata) gue dah wanti-wanti buat ya paling ga nulis draft dilaptop trus pas dirmh tinggal dipostingin, trus juga gue pengen ni blog diisi hal-hal yang rada serius kayak sedikit filosofi mungkin. tapi y.... seperti yang gue bilang tadi, niat tinggal niat , 11 bulan ga ada satu pun baik tentang KKN maupun yang laennya yang gue tumpahin diblog ni. ya, Malas sudah memisahkan ikatan gue ma ni blog. males udah bikin gue hampir lupa password blog gue saking ga pernah nya gue buka.



Nah berangkat dari hal-hal tadi gue mendeklarasikan untuk pertama dan mudah-mudahan terakhir kalinya bahwa JAIMAN IS RETURNS, coba nulis lagi walau ga ada yang nyasar dan coba baca postingan diblog gue, berusaha buat ngebuang jauh jauh batu kriptonite (males) yang nancep di tangan dan tentunya berusaha nepatin kata-kata sendiri ..hahahhah...

NB : demi 1.050 temen facebook dan 36000 folower twitter  (lah??).... i am not a looser ..hahhaha